Fauna Taman Nasional Ujung Kulon Bagian I


BADAK JAWA ( Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822)

Sebagai Bahan Kunjungan Wisata Anda ke Taman Nasional Ujung Kulon Bagian mari kita bahas segala sesuatunya tentang Objek Wisata ini sebagai bahan untuk Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang Banten Indonesia. Dan pembicaraan kita adalah sekitar permasalahan Fauna Taman Nasional Ujung Kulon

Menurut Legakul dan McNeely (1977) menyatakan bahwa secara taksonomi Badak Jawa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Super Kelas : Gnatostomata
Kelas : Mammalia
Super Ordo : Mesaxonia
Ordo : Perissodactyla
Super Famili : Rhinocerptidea
Famili : Rhinoceratidea
Genus : Rhinoceros Linnaeus, 1758
Spesies : Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822

Badak Jawa termasuk ke dalam golongan binatang berkuku ganjil atau Perrisdactyla, mempunyai kulit tebal berlipat-lipat seperti perisai dari bahan tanduk sehingga satwa ini kelihatan seperti bongkah batu yang besar dan tubuhnya lebih besar dari Badak Sumatera ( Dicerorhinus sumetrensis ). Cula Badak Jawa jantan biasanya lebih besar dari betinanya, dimana cula Badak Jawa betina hanya berupa tonjolan di atas kepalanya (Veevers dan Carter, 1978; Prawirosudirjo, 1975). Tinggi rata-rata Badak Jawa antara 140-175 cm. Sedangkan panjang badannya 300 – 315 cm dan adapula yang pernah ditemukan dengan panjang mencapai 392 cm. Tebal kulitnya 25 – 30 mm, lebar kaki rata-rata 27-28 cm dan beratnya sekitar 2300 Kg. Panjang cula diukur mengikuti lengkungnya bisa mencapai 48 cm (Hoogerwerf, 1970). Penglihatan Badak jawa tidaklah tajam, tapi pendengarannnya maupun penciumannya sangat tajam. Badak dapat mengetahui adanya bahaya atau musuh yang kan datang walaupun sesungguhnya bahaya atau musuh itu masih terpaut jarak jauh dengan badak tersebut (Hoogerwerf, 1970; Prawirosudirjo, 1975). Kadang-kadang badak sanggup untuk menempuh jarak 15 – 20 km dalam sehari, tetapi sebaliknya sering berada beberapa hari dalam daerah yang tidak lebih dari 0,5 km 2 (Hoogerwerf, 1970).

BANTENG ( Bos javanicus )

Menurut Legakul dan McNeely (1977) menyatakan bahwa secara taksonomi banteng dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Super Ordo : Eutheria
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos javanicus

Banteng memiliki tubuh yang tegap, besar dan kuat dengan bahu bagian depannya lebih tinggi daripada bagian belakang tubuhnya. Di kepalanya terdapat sepasang tanduk. Pada banteng jantan tanduknya berwarna hitam mengkilap, runcing dan melengkung ke arah medio anterior, sedangkan pada banteng betina bentuk tanduknya lebih kecil. Pada bagioan dadanya terdapat gelambir yang dimulai dari pangkal kaki sampai leher tetap tidak mencapai daerah kerongkongan (Hoogerwerf, 1970). Menurut Hoogerwerf (1970) banteng memiliki penciuman dan pendengaran yang sangat tajam dibandingkan dengan penglihatannya. Legakul dan McNeely (1977) menyatakan bahwa penglihatan banteng tidak begitu tajam sehingga kemampuan utamanya untuk membedakan musuh-musuhnya tergantung pada kemampuan penciuman dan pendengarannya. Oleh karena itu arah angin sangat penting bagi banteng utnuk mempelajari kondisi lingkungannya. Warna tubuh banteng bervariasi dan dapat dipakai untuk membedakan jenis kelaminnya (Legakul dan McNeely ,1977). Banteng jantan mempunyai warna tubuh hitam, semakin tua umurnya semakin hitam warna tubuhnya. Banteng betina memiliki warna tubuh coklat kemerah-merahan, semakin tua umurnya maka warna tubuhnya akan semakin gelap (coklat tua). Pada anak banteng baik yang jantan maupun betina memiliki warna tubuh sama yaitu berwarna coklat sehingga sulit dibedakan jenis kelaminnya. Namun warna tubuh anak banteng baik jantan maupun betina lebih terang warna tubuhnya dibanding tubuh banteng betina dewasa. Hoogerwerf (1970) menyatakan pula bahwa tubuh banteng bervariasi menurut lokasinya. Banteng yang berada di daerah Jawa Barat umumnya berwarna lebih hitam dibanding banteng yang berada di daerah Jawa Timur yang berwarna lebih coklat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi habitat dan iklim.

OWA JAWA (Hylobates moloch)

Owa Jawa merupakan salah satu primata di Ujung Kulon yang mempunyai habitat di kawasan Gunung Honje. Mempunyai ekor pendek, bulu halus berwarna abu-abu dan wajah hitam yang menyebabkan primata ini dinamai owa. Owa merupakan satwa monogamy sekali kawin dalam hidupnya, dan hidup dalam kelompok keluarga kecil yang terdiri dari seekor jantan, seekor betina dengan satu atau lebih anak.satwa dewasa muda meninggalkan kelompoknya untuk selanjutnya menjelajahi hutan untuk mencari pasangan hidup dan daerah kekuasaan yang baru.
MACAN TUTUL ( Panthera pardus ).


Mempunyai warna dasar bulu coklat muda kekuning-kuningan dengan tutul hitam kecoklatan pada seluruh tubuhnya yang terlihat amat jelas. Tutul-tutul umumnya mengelompok berupa bercak yang tersusun merupakan kembangan. Panjang tubuhnya dapat mencapai 130 cm.



KANCIL (Tragulus javanicus)


Kancil mempunyai badan hanya sekitar 20-25 cm dengan kulit berwarna cokelat kemerah-merahan serta tubuh bagian bawah berwarna putih, kancil jantan tidak mempunyai tanduk tetapi mempunyai gigi taring yang yang memanjang keluar dari mulutnya.habitat kancil berada di dalam hutan dan mereka sangat jarang berkeliaran di kawasan pantai dan semak belukar.



RUSA (Cervus timorensis)

Rusa berukuran tubuh sedang, panjang tubuh jantan seluruhnya hampir 2 meter, sedangkan untuk rusa betina lebih pendek dari yang jantan (1,7m) (Bemmel,1949). Rusa jantan tua kelabu dan lebih gelap. Dibagian dalam telinga terdapat bagian yang putih tidak jelas tapi akan jelas pada rusa yang masih muda. Tanduk pada rusa jantan mulai tumbuh saat berumur 15-17 bulan.Pertumbuhan tanduk akan terhenti pada umur 15 tahun. Rusa menyukai tempat-tempat terbuka seperti padang rumput.Sebagai tempat berlindung, rusa sering menggunakan hutan atau daerah penuh semak belukar.

JELARANG (Ratufa bicolor )

Jeralang mempunyai warna bulu hitam mengkilap, merah, kuning (krem) dan coklat muda kekuning-kuningan, dengan habitat yang paling disukai adalah ruang diantara pohon-pohon yang tinggi. Dalam keadaan bahaya jeralang akan mengeluarkan suara menderak yang keras disertai gerakan menyentak dengan ekor yang panjang.
LUTUNG (Tracypithecas auratus )


Lutung berwarna coklat kehitaman dan mengkilap, memiliki tubuh ramping dan berekor panjang, Kelompok lutung tidak seperti kelompok kera, lutuk terdapat dalam kelompok yang lebih kecil hanya terdiri dari seekor jantan dewasa, beberapa betina dan anak mereka.


KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis)


Kera dewasa mempunyai warna rambut cokelat kekuningan sedangkan kera yang kecil berwarna hitam. Dalam kehidupan sosialnya kera membentuk kelompok dan diantara kelompok tersebut mempunyai daerah jelajah (home range) sendiri-sendiri.


MUSANG ( Paradoxurus hermaphoditus )


Musang hidup di atas-atas pohon, tidur pada malam hari dalam liang pohon atau pada percabangan yang lebat seperti pada aren dan langkap. Bulu badannya tebal, berwarna kelabu kecoklatan. Pipi dan moncong kehitaman dengan bercak putih di bawah mata. Musang merupakan salah satu satwa pemakan buah langkap yang telah masak. Saat ini lebih mudah dijumpai pada saat musim hujan.

0 komentar:

Posting Komentar